Masa
tenggang bulan Januari, sudah bisa dihitung menggunakan jari. Sampai nanti
Tuhan sebagai Providernya, menutup
Januari, mengganti Februari. Cepat ya. Rasanya tidak terasa. Seperti baru beli
kuota 2 Giga, tapi esok pagi tinggal 4 Mega. Kan Tahik.
Lalu
dengan begonya bilang, “Perasaan ga download apa – apa deh..” Eh setelah di
check, aplikasi ketok mejik muka dan
aplikasi pamer kehidupan sosialita, pembaharuan
semua. Mampus sia !
Original Photo by Sandi Shelvigs |
Januari
selalu menjadi awal bagi Sebuah Tahun. Ibarat sebuah acara Stand Up Comedy, Januari merupakan seorang opener/pembuka, yang merenyahkan tawa penonton sebelum Guest Starnya tampil di atas panggung. Bisa
dibilang, Januari itu kemungkinan jadi penentu dari jalannya sebuah tahun.
Kalau
boleh gua menjuri, Januari kali ini tampil dengan performa yang kurang maksimal.
Satu dua kali, gua masih mendapat tawa. Sisanya, hampir ‘kentang’ semua. Boro – boro bisa ketawa, sakit hati malah iya.
Rasanya
ada sesuatu yang membuat bulan Januari ini, tidak dapat “kompor gas !” kalau kata Pakde Indro Warkop. Apa ya ? Mungkin,
bulan Januarinya demam panggung, atau memang guanya aja yang lagi lengah.
Buktinya
bisa dilihat dari tulisan – tulisan sebelumnya. Entah kenapa jadi suka nulis
hal – hal dengan topik yang berat. Beton,
misalnya. Eh.
Maksudnya,
topik yang bukan hanya berat untuk pikiran, tapi juga berat untuk hati. Seperti,
sok – sok’an coba membahas kehidupan. Padahal hidup sehari – hari aja masih remed.
Tapi,
kalau boleh membela diri, niat awalnya kan cuma ingin berbagi, tidak menggurui.
Pasti ada salah, ada benarnya. Makasih banyak loh, yang udah baca. Maaf juga
buat yang kena clickbait, kemudian
mengharapkan tulisan – tulisan yang luar biasa. Nanti pasti ada ko, tulisan –
tulisan yang meninggalkan bekas di pikiran dan hati kalian, para pembaca.
*
Bicara
tentang Januari, bulan ini merupakan bulan yang tepat untuk mencoba test drive dari “Resolusi Awal Tahun”
yang sudah dirancang sedemikian rupa. Yang awal tahun kemarin, kalian ‘gembar -
gembor’ kan, kaya prajurit saat
perang gerilya.
Gimana
? Sudah gagal berapa kali ? Sudah mati berapa kali ? Semoga masih tetap ‘keras
kepala’ dengan janji – janji untuk membahagiakan diri sendiri.
Janji
– janji seperti, “Mau kurus !” atau, “Mau punya pacar !” atau, “Mau punya duit
yang banyak !” serta janji lain – lainnya.
Di
salah satu video YouTubenya, Ryan Higa bilang, “STOP BULLSH*TTING YOURSELF !” atau dalam bahasa Indonesia artinya,
“Berhenti mainan tahi kebo !” Eh. Salah. Arti yang sebenarnya itu, berhenti
mengatakan omong kosong kepada diri sendiri. Gitu lah.
Statement tersebut benar, sebenar -
benarnya. Rasanya kaya di tampar tepat di pipi, pas lagi asik – asiknya
bengong. Membuat gua bangun, dan kembali ke dunia nyata. Padahal mimpinya udah
sampai setinggi langit tadi. Sampai sempat ngiler
segala.
Hayo
ngaku, sudah berapa kali kita menghasut diri sendiri dengan mengatakan omong
kosong ? Sampai – sampai bisa muncul ilusi, bahkan fatamorgana untuk diri sendiri.
“Aku
janji mau begini.” ; “Aku janji mau begitu.” Dari yang terkecil, sampai yang
terbesar. Sudah berapa kali kalian menyakiti diri sendiri ?
Kalau
dipikir lagi, jahat juga ya sama diri sendiri. Rasanya kaya ‘ngibulin’ bocah sekolah dasar. Disuruh
itu mau, disuruh ini juga mau. Dengan iming – iming receh, seperti ‘bahagia’.
Benar – benar bocah SD yang bermasalah.
Jangan
kaget kalau, ‘sakit hati’ jadi hal yang wajar. Yang akan selalu kita terima,
jika masih memberi omong kosong kepada diri sendiri. Mengingat kebiasaan
manusia yang suka bermimpi.
Biasanya,
sehabis bermimpi, pasti berjanji. Kalau tidak ditepati, jadi omong kosong lagi.
Begitu terus, sampai sekarat nanti. Makannya, kalau mau berjanji santai aja.
Kalau mau bermimpi, ya secukupnya aja.
*
Januari
akan berakhir beberapa hari lagi. Buat gua, Januari tidak seharusnya berakhir
seperti ini. Masih banyak ruang kosong untuk berimprovisasi. Tapi karena
durasinya tinggal sedikit lagi, jadi,ya sudahlah. Januari ya, Januari.
Januari
adalah yang pertama dalam urutan dua belas bulan. Bisa dibilang, seperti anak
pertama dari dua belas bersaudara. Januari jadi yang paling tua. Jadi yang
pertama untuk merasakan segalanya. Jadi yang pertama untuk tau rasanya sakit,
juga jadi yang pertama untuk belajar caranya sembuh.
Tapi,
meskipun jadi yang pertama dalam segalanya, Januari belum boleh dibilang jadi
penentu untuk hidup kedepannya. Bisa saja, untuk sebagian orang, awal yang baik
ada di bulan – bulan berikutnya.
Jadi
boleh – boleh saja kan, kalau sedikit menghakimi bulan Januari. Sedikit saja,
tidak banyak – banyak ko. Sebentar lagi
juga selesai.
.
.
.
Ayo
Januari, sedikit lagi. Lain kali jangan seperti ini.
Toss
dulu dong biar ga slek !