Rumah Selam! Saudara Jauh Bangetnya, Kapal Selam

November 05, 2016


By the time you've read this, Indonesia sedang memasuki musim penghujan. Begitu juga dengan Kota tempat gua bertahan hidup, The One and Only Bekaseh. Tapi, entah cuma di Bekasi atau di tempat kalian juga ya, yang hujannya itu susah buat ditebak. Contoh, siangnya teriiik banget. Selang 1 jam, tiba - tiba hujan. Labil. Kaya anak SMP baru mengalami pubertas.Tingkat derasnya hujan juga ga bisa diduga. Kadang pelan, gerimis - gerimis syahdu gitu. Kadang deres banget, sampai genting rumah serasa lagi ditimpukin sama warga. Padahal gua ga nyolong apa - apa, terus gua baik ko sama tetangga..

Beberapa hari lalu di Bekasi, tepatnya di daerah rumah gua, turun hujan dengan tingkat kederasan yang ganas. Secara tiba - tiba dan tidak diundang pula. Meskipun sebelumnya, langit udah kode - kode gitu, tetep aja.

Gua sekeluarga yang sedang menikmati aktivitas sendiri - sendiri, terkejut. Gua yang sedang main laptop, panik. Bapak gua yang baru pulang kerja, panik. Emak gua yang lagi nonton acara quis di TV, panik.

Pas gua tanya, "Mak ? Kenapa sih Mak !?"

"Ini kepencet. Nomor berapa tadi tuh channelnya ?" Jawab Emak gua.

Emak gua memang yang terbaik.

Tapi setelah gua mengalihkan pandangan ke arah westafel dan tempat cuci piring, air meluap tumpah kemana - mana. Kayaknya si Westafel ini kebanyakan nelen sampah, sampai muntah kaya gitu. Padahal Emak gua, dengan insting ke-emak-emak-annya sudah mengantisipasi sebelumnya. Sumbat ditiban dengan air sebaskom, gagal. Air tetap bobol melalui tembok pertahanan. 

Mungkin hujannya terlalu deras dan arus airnya terlau kencang untuk sumbat itu. Tapi masa iya ? Apa rembes ya ? Atau ada kerjasama dengan orang dalam ? Sampai sekarang gua masih menyimpan tanda tanya besar yang mungkin, tidak akan pernah ditemukan jawabannya.

Gua sekeluarga sudah terlalu terlambat menanggulangi air yang meluap itu. Alhasil, air itu sudah berhasil bertamasya kesetiap penjuru ruangan rumah gua. Bahkan, ga berhenti sampai disitu. Saking getolnya awan Kumolonimbus menghembuskan angin dan hujannya, langit - langit kamar gua pun bocor. Menciptakan air terjun mungil yang indah tapi menyedihkan. Satu buah gitar akustik jadi korban.

Gua sekeluarga belum terlalu lama pindah kerumah yang sekarang jadi tempat berfotosintesis gua ini. Baru sekitar 1 tahun lebih dikit. Tapi penyakit rumah ini yang ga sembuh - sembuh dikala hujan, selalu bikin kerjaan orang serumah. 

Sampai Bapak gua pernah bilang, "Ini rumah, dulu yang ngebangun gimana ya. Banyak amat yang salah."

Bukan berarti gua tidak bersyukur atas apa yang gua miliki sekarang. Buktinya, kami sekeluarga masih bertahan disini. 

Ada dua kemungkinan kenapa gua dan keluarga tidak pindah dari sini. Yang pertama, karena pengajuan penglimpahan rezeki yang kami panjatkan kepada Tuhan YME, belum di ACC. Atau mungkin dibayarkan dengan bentuk investasi. Contoh, kesehatan dan keselamatan keluarga, kecukupan makanan, kesenangan hati, dan lain lain.

Yang kedua, rumah ini serasa memberikan kami para penghuninya, sebuah tantangan. Karena tidak hanya sekali - dua kali kami dipaksa untuk mencari solusi. Atau lebih tepatnya, Bapak gua yang dipaksa mencari solusi. Gua mah cuma ngabisin jatah lauk doang. *ini gua mohon jangan ditiru ya

Kita ga bisa milih - milih kesempatan yang udah dikasih. Apa yang udah ada, ya itu yang harus diterima. Mau dibuat jadi lebih baik, atau mau lebih diperburuk lagi ? Semua ada ditangan masing - masing.
.
.
.
Dari rumah dengan segala macam masalahnya ini.. gua belajar banyak. 

Lain kali kalau mau cuci piring, sampahnya dibuang dulu jangan ditinggal di piringnya.

You Might Also Like

6 Komentar

  1. Kayak nya yg suka labil bukan nya anak SMP doang dech, emak2 juga suka labil kalo naik motor hua hua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo emak - emak mah labilnya bahaya. Labilnya berhukum mutlak ga bisa di lawan.. Belok kanan mesti belok kanan. Mutlak. hahaa

      Hapus
  2. Waduh, yang sabar ya. Mungkin suatu hari bisa pindah rumah ke tempat yang lebih baik (surga). Loh, mati dong? Wakakak. Pokoknya, ke rumah yang elit gitu. Hahaha.

    Yowes, intinya dari kejadian itu ada hikmahnya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhh.. kalo ke Surga mah belom siap gue, masih banyak yang perlu di edit dari hidup gue wkwk.

      Aamiin ya, mungkin suatu saat gue yang akan belikan rumah elit untuk orang tua. :D

      Hapus
  3. Depok juga begitu akhir-akhir ini wkwkwkkw
    Lenje banget langitnya, kayak anak SMP, gampang berubah wkwk

    Bongkar aja udahhhh bikin wastafel baru
    :v

    #Ngok
    #DikiraMudahDanMurah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak ngerti perasaan orang ye langitnya bang haha..

      Nanti gue bongkar bang kaga pake wastafel, pake air mancur aja dah wkwk

      Hapus