Pages

  • SINI GUA BILANGIN
  • Sini Kenalan !
Instagram Facebook Twitter

Sini Gua Bilangin!

Ekskresi Hati dan Pikiran, dari Insan yang Sok Tahu.

    • SINI GUA BILANGIN
    • SINI KENALAN
    Seperti sedang berada di dalam sebuah kendi. Dengan permukaan licin, serta cahaya yang minim. Satu pintu masuk, yang juga merupakan pintu keluar.

    Ada di atas sana. Apa yang tengah dikejar, Apa yang ingin diraih, Apa yang harus dimiliki, semuanya menunggu di atas sana. Rasanya sungguh dekat.

    Namun nyatanya masih sangat jauh.

    Photo by Daniel Tafjord from Unsplash



    Lalu Ia jatuh, ketika sedang melompat sekuat tenaga. Menghantam dasar dengan kasar. Membuat seluruh ruangan bergetar.

    Untuk sebuah percobaan yang sia-sia, Ia telah jatuh dari jarak yang terlalu tinggi. Apalagi jika sudah dilakukan berkali-kali. Dua kali lebih bodoh dari yang seharusnya.

    Tapi apa yang bisa dilakukan oleh seorang manusia, yang terjebak dalam ketidakseimbangan? Dengan perbandingan yang jomplang, menyisakan sedikit peluang?

    Hanyalah mencoba yang bisa Ia coba. Selagi jiwa dan raganya masih sepakat dengan jalan pikirannya.

    Namun, untuk yang kesekian kalinya, Ia jatuh lagi. Tiap hari berganti, Ia jatuh lebih keras lagi.

    Ia mulai ketakutan. Dari dalam jiwanya menerobos keluar rantai-rantai kecemasan. Melilit tubuhnya, mencekik lehernya. Ia tidak dapat bernafas dengan sempurna.

    Ketakutannya, menjadi bentuk yang nyata. Meski sungguh, jika dilihat dengan mata telanjang, tidak ada apa-apa di sana. Namun, Ia tetap takut.

    Ditambah gelap yang melahap hampir seluruh ruangan, Ia tidak akan pernah tenang.

    Bersamanya di sana, sepuluh juta pikiran memenuhi kepalanya. Menyumbat arus komunikasi antara raga dan sang pengendalinya.

    Dibandingkan sebuah kendi yang terbuat dari tanah liat, Ia merasa Ialah yang lebih mudah terpecah belah. Lebih retak dari dinding-dinding disekitarnya. Lebih rentan hancur, dari apa yang dipijaknya.

    .

    Dari dalam gelap, Ia melihat cahaya yang lain dari yang biasanya. Hangatnya tetap sama, tapi tempat kedatangannya yang berbeda. Sebuah retakan kecil dari dinding disekitarnya. Mempersilakan cahaya masuk dari luar, menyinari sedikit ke dalam.

    Semua jatuhnya ternyata, tidak sia-sia. Badannya yang terus-menerus menghantam dasar mulai membuat tempat tersebut menyerah. Mungkin ini hasil dari tekadnya, atau mungkin keputusasannya.

    Yang jelas, Ia melihat kesempatan kedua.

    Lebih dari itu, bukan hanya cahaya yang masuk menyapanya. Melainkan juga suara merdu dari balik dinding tempatnya berada.

    Di sana Ia, dengan gigih menggedor dinding dengan lebih kuat. Memperlebar jalan masuknya ke dalam. Seorang perempuan yang datang membawa kehangatan, tidak pernah sedikitpun terlintas di pikirannya.

    Semesta dengan skenario yang tidak bisa diterka. Bahkan sampai pada akhir cerita.
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Siapa Ini ?

    Foto Profil 2020

    Jo Reha

    Hallo ! Apa kabar ? Saya Jo, yang biasanya nulis di blog ini. Maaf ya kalau tulisannya kurang jelas atau enggak masuk akal. Karena memang begitu Saya orangnya.

    Mikirnya kejauhan, Imajinasinya ketinggian. Jadi, salam kenal !

    Lebih Lanjut

    • facebook
    • twitter
    • instagram
    • youtube

    Bacaan Terbaik

    • The Game of Waiting
    • Sudut Bumi Paling 'Edan'
    • Pemeran, Penonton, dan Suntik Silikon
    • Galaksi, Ini dan Itu.

    Bacaan Terbaru

    Labels

    bekasi cerpen curhat kritik mikir Personal Thought random santai

    Arsip Blog

    • Oktober 2020 (1)
    • Agustus 2020 (1)
    • Januari 2020 (1)
    • November 2019 (1)
    • Agustus 2019 (1)
    • September 2018 (1)
    • Agustus 2018 (1)
    • Juli 2018 (2)
    • Januari 2018 (1)
    • November 2017 (1)
    • Juli 2017 (1)
    • April 2017 (3)
    • Februari 2017 (3)
    • Januari 2017 (4)
    • Desember 2016 (1)
    • November 2016 (2)
    • Oktober 2016 (1)

    Para Pembaca

    Facebook Twitter Instagram Google Plus

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top