Sebuah
bangunan besar sedang dibangun di atas bukit. Dengan tembok – tembok yang
tinggi menjulang sampai langit, membuat siapapun yang berada di dekatnya merasa
kerdil.
Namun,
nampaknya tidak berpenghuni. Kecuali benda – benda aneh yang dibalut cahaya,
diletakan sembarang di dalamnya.
Kemudian,
seorang perempuan berjalan ke dalam. Berjalan dengan tudung hitam, dan
menunduk. Meletakan benda – benda di dalam pelukannya, di sekitar benda – benda
lainnya.
Cahaya
putih ke kuningan yang terpancar, sangat menyilaukan mata. Namun Aku bisa
melihat dengan jelas, perempuan ini terlihat benar - benar kesedihan.
Photo by Dave Ruck on Unsplash |
Tidak
ada yang salah jika seseorang ingin melindungi dirinya sendiri. Sampai kepada
tingkat di mana, mereka melarikan diri. Kemudian membuat tempat untuk
bersembunyi.
Mengurung
diri. Tidak memperbolehkan siapapun untuk mendekat sama sekali.
Bisa
saja tempat bersembunyi itu, adalah sebuah Kastil. Tempat para Raja – Raja,
Ratu, dan para Petinggi. Karena apapun yang ingin Mereka lindungi, sama
pentingnya, sama berharganya. Hingga
perlu tempat yang pantas dan luar biasa.
Hal
– hal seperti Hati, misalnya. Atau sebuah kesadaran. Karena keduanya sangat
mahal dan langka.
Kita
semua punya sesuatu yang tidak perlu diketahui banyak orang. Rahasia, dosa,
luka – luka, bagian dari diri kita yang lain, dan sebagainya. Ini sungguh
wajar. Karena hal inilah yang membuat seorang manusia, menjadi ‘manusia’.
Dan
dibongkar, diketahui, bahkan disakiti, adalah hal ke-dua-ribu-sembilan-ratus-sembilan-puluh-sembilan, yang paling
Mereka inginkan.
Bagi
Mereka, bersembunyi adalah jalan keluar satu – satunya.
Namun
tanpa sadar, sedikit demi sedikit, hal ini yang akhirnya memutus Mereka dengan
dunia luar. Terisolasi, sendirian. Mungkin bisa sampai dimakan waktu, kemudian
dilupakan.
Tidak
hanya Mereka menyakiti diri sendiri, Mereka juga menghancurkan apapun yang ada
di sekitarnya. Orang – orang yang tanpa sengaja berjalan, dekat tempat di mana
Mereka berada.
Kastil
yang dibangun atas nama ‘perlindungan’, tempat ter-aman untuk meletakkan badan,
pertahanan terakhir sebelum jatuh lebih dalam,
Akhirnya
runtuh dengan perlahan.
.
Beberapa
orang bisa terlihat baik – baik saja, meski di dalam hatinya, Mereka merasa
sangat ketakutan. Berjalan dan membaur dengan sekitar, sambil menahan
kesakitan.
Aku
kenal dengan seorang perempuan. Senyumnya selebar pegunungan, dan wajahnya
secerah matahari di ujung jalan. Melihatnya, menenangkan hati yang sedang
berantakan.
Suatu
waktu, Aku mencoba melihat lebih dalam. Membawa ke dua mataku untuk melihat
sesuatu yang tidak pernah diperlihatkan. Dan di sana lah Ia berdiri, di hadapan
sebuah kastil dengan menara – menara yang mulai berjatuhan. Kesepian.
Pantas
saja setiap Aku mendekat, ada sistem pertahanan yang terlihat sangat mencurigakan. Namun, pertahanan tersebut
sepertinya tidak akan bertahan lama. Aku tahu, dan Aku lihat.
Sekarang,
Aku sedang mencoba mengulurkan tangan. Menawarkan diri untuk menemaninya
melihat kehancuran. Bersama - sama. Paling tidak, agar tidak sendirian. Agar lebih aman. Agar
tidak sakit berlebihan.
Karena Aku paham rasanya.
Karena Aku juga punya Kastil yang mulai hancur pelan – pelan.