Pages

  • SINI GUA BILANGIN
  • Sini Kenalan !
Instagram Facebook Twitter

Sini Gua Bilangin!

Ekskresi Hati dan Pikiran, dari Insan yang Sok Tahu.

    • SINI GUA BILANGIN
    • SINI KENALAN

    Dengar. Mas-mas tukang nasi goreng mengayun sodet hingga buyar nasi di wajan. Beberapa butir nasi gugur berjatuhan. Sisanya menari dengan sambal cabai sembilan, dan berbagai bumbu racikan.

    Bulan, malam itu telah disabit. Entah salah apa dia sebelumnya.

    Photo by Jack Chen on Unsplash

    Kita sering salah kaprah, mengenai ekspektasi, dan efek sampingnya yang bukan-bukan. Bersyukurlah kau yang sekarang merasa baik-baik saja. Tunggu sampai situasi jadi memberikan beban yang berlebihan. Barulah kita mengkonsumsi ekspektasi layaknya painkiller, atau pereda rasa nyeri.

    Nyeri dari lebam yang kita dapat akibat bertahan hidup. Belum ditambah luka bakar rasa takut, dan baret dari ragu-ragu. Semuanya secara bersamaan terasa sangat ngilu.

    Ekspektasi dan reaksi kimianya, dapat meredakan rasa tersebut. Namun bersamanya datang efek samping. Dan yang paling mengganggu kinerja tubuh merupakan, rasa kecewa.

    Mbak-mbak sosialita yang tinggal di Apartemen lantai ke-2000 bilang, “Enggak apa-apa berekspektasi tinggi, sayang.” Remaja tanggung dengan bulu ketek malu-malu, bergidik. “Asal kamu tahu cara bersikap, kalau ekspektasimu enggak kesampaian.” Lanjutnya.

    Mbak-mbak tersebut membenarkan konsumsi ekspektasi yang teratur. Serta memberi wejangan agar tetap tenang ketika efek samping dari ekspektasi mulai muncul ke permukaan. Kalau dipikir berulang, tidak ada yang keliru dari ucapan tersebut.

    Tapi, apalah kita yang cuma seorang pelaut amatir? Membaca arah mata angin saja tidak bisa, apalagi bersikap biasa saja waktu merasa kecewa. Bercanda ya? Pokoknya kita tidak bisa.

    Yang kita tahu, ekspektasi, seperti malam hari penuh bintang tapi dengan bulan yang sabit. Padahal, yang sempurna itu yang purnama. Yang bentuknya bulat, membagikan cahayanya sekuat tenaga.

    Hanya kurang sedikit lagi, hanya kurang bulan yang bulat saja. Tapi rasanya ada yang hilang sepenuhnya. Begitulah ekspektasi.

    Tapi kalau dipikir lagi, salah apa bulan yang disabit? Dasar manusia, inginnya yang selalu sempurna.

    Lalu apa yang salah dari ekspektasi? Dasar manusia, maunya yang pasti-pasti saja.

    .

    Daya tahan tubuh mulai menurun. Bukan hanya dari kerasnya cuaca, tapi juga harapan yang sia-sia. Hingga mampet hidung kita, berkali-kali menyeka yang turun tanpa sengaja.

    Apa perlu, Kita merasa kasihan dengan ekspektasi?

    Bayangkan Ia seekor hewan peliharaan. Berupa kucing misalnya. Yang kita temui dipinggir jalan, kita beri makan, kita beri tempat tinggal yang nyaman. Hingga tumbuh tanaman liar yang tidak beraturan bernama, “Perasaan Sayang.” Bersamanya datang puluhan ribu hama, yang menyerupai sebuah ekspektasi.

    Lalu seketika, kita menginginkan hal yang tidak wajar. Dari mahluk nan lucu yang katanya kita, “Sayang.”

    “Hei, coba kau bisa memanjat menara Eiffel dan mengibarkan bendera perdamaian.” “Eh, kayanya keren deh, kalo kamu jadi Astronaut Kucing Pertama di Dunia.” Atau, “Sayang, bisa tidak kau memberikan hal yang sama, seperti yang telah Aku berikan kepadamu sebelumnya?”

    Ya tidak begitu, cara mainnya. Bumi tidak berputar pada poros yang Kita sebut, "Diri Sendiri." Kehidupan juga begitu.

    Entah seberapa banyak pengandaian mengenai ekspektasi dapat yang dibuat, Ia akan tetap ada. Menjadi semacam enigma, atau teka-teki yang jawabannya bisa saja benar, tapi belum berarti salah. Begitupun sebaliknya.

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Siapa Ini ?

    Foto Profil 2020

    Jo Reha

    Hallo ! Apa kabar ? Saya Jo, yang biasanya nulis di blog ini. Maaf ya kalau tulisannya kurang jelas atau enggak masuk akal. Karena memang begitu Saya orangnya.

    Mikirnya kejauhan, Imajinasinya ketinggian. Jadi, salam kenal !

    Lebih Lanjut

    • facebook
    • twitter
    • instagram
    • youtube

    Bacaan Terbaik

    • The Game of Waiting
    • Sudut Bumi Paling 'Edan'
    • Pemeran, Penonton, dan Suntik Silikon
    • Galaksi, Ini dan Itu.

    Bacaan Terbaru

    Labels

    bekasi cerpen curhat kritik mikir Personal Thought random santai

    Arsip Blog

    • Oktober 2020 (1)
    • Agustus 2020 (1)
    • Januari 2020 (1)
    • November 2019 (1)
    • Agustus 2019 (1)
    • September 2018 (1)
    • Agustus 2018 (1)
    • Juli 2018 (2)
    • Januari 2018 (1)
    • November 2017 (1)
    • Juli 2017 (1)
    • April 2017 (3)
    • Februari 2017 (3)
    • Januari 2017 (4)
    • Desember 2016 (1)
    • November 2016 (2)
    • Oktober 2016 (1)

    Para Pembaca

    Facebook Twitter Instagram Google Plus

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top