Selesaikan Januari

Januari 27, 2017


Masa tenggang bulan Januari, sudah bisa dihitung menggunakan jari. Sampai nanti Tuhan sebagai Providernya, menutup Januari, mengganti Februari. Cepat ya. Rasanya tidak terasa. Seperti baru beli kuota 2 Giga, tapi esok pagi tinggal 4 Mega. Kan Tahik.

Lalu dengan begonya bilang, “Perasaan ga download apa – apa deh..” Eh setelah di check, aplikasi ketok mejik muka dan aplikasi pamer kehidupan sosialita, pembaharuan semua. Mampus sia !

Original Photo by Sandi Shelvigs


Januari selalu menjadi awal bagi Sebuah Tahun. Ibarat sebuah acara Stand Up Comedy, Januari merupakan seorang opener/pembuka, yang merenyahkan tawa penonton sebelum Guest Starnya tampil di atas panggung. Bisa dibilang, Januari itu kemungkinan jadi penentu dari jalannya sebuah tahun.

Kalau boleh gua menjuri, Januari kali ini tampil dengan performa yang kurang maksimal. Satu dua kali, gua masih mendapat tawa. Sisanya, hampir ‘kentang’ semua. Boro – boro bisa ketawa, sakit hati malah iya.

Rasanya ada sesuatu yang membuat bulan Januari ini, tidak dapat “kompor gas !” kalau kata Pakde Indro Warkop. Apa ya ? Mungkin, bulan Januarinya demam panggung, atau memang guanya aja yang lagi lengah.

Buktinya bisa dilihat dari tulisan – tulisan sebelumnya. Entah kenapa jadi suka nulis hal – hal dengan topik yang berat. Beton, misalnya. Eh.

Maksudnya, topik yang bukan hanya berat untuk pikiran, tapi juga berat untuk hati. Seperti, sok – sok’an coba membahas kehidupan. Padahal hidup sehari – hari aja masih remed.

Tapi, kalau boleh membela diri, niat awalnya kan cuma ingin berbagi, tidak menggurui. Pasti ada salah, ada benarnya. Makasih banyak loh, yang udah baca. Maaf juga buat yang kena clickbait, kemudian mengharapkan tulisan – tulisan yang luar biasa. Nanti pasti ada ko, tulisan – tulisan yang meninggalkan bekas di pikiran dan hati kalian, para pembaca.

*

Bicara tentang Januari, bulan ini merupakan bulan yang tepat untuk mencoba test drive dari “Resolusi Awal Tahun” yang sudah dirancang sedemikian rupa. Yang awal tahun kemarin, kalian ‘gembar -  gembor’ kan,  kaya prajurit saat perang gerilya.

Gimana ? Sudah gagal berapa kali ? Sudah mati berapa kali ? Semoga masih tetap ‘keras kepala’ dengan janji – janji untuk membahagiakan diri sendiri.

Janji – janji seperti, “Mau kurus !” atau, “Mau punya pacar !” atau, “Mau punya duit yang banyak !” serta janji lain – lainnya.

Di salah satu video YouTubenya, Ryan Higa bilang, “STOP BULLSH*TTING YOURSELF !” atau dalam bahasa Indonesia artinya, “Berhenti mainan tahi kebo !” Eh. Salah. Arti yang sebenarnya itu, berhenti mengatakan omong kosong kepada diri sendiri. Gitu lah.

Statement tersebut benar, sebenar - benarnya. Rasanya kaya di tampar tepat di pipi, pas lagi asik – asiknya bengong. Membuat gua bangun, dan kembali ke dunia nyata. Padahal mimpinya udah sampai setinggi langit tadi. Sampai sempat ngiler segala.

Hayo ngaku, sudah berapa kali kita menghasut diri sendiri dengan mengatakan omong kosong ? Sampai – sampai bisa muncul ilusi, bahkan fatamorgana untuk diri sendiri.

“Aku janji mau begini.” ; “Aku janji mau begitu.” Dari yang terkecil, sampai yang terbesar. Sudah berapa kali kalian menyakiti diri sendiri ?

Kalau dipikir lagi, jahat juga ya sama diri sendiri. Rasanya kaya ‘ngibulin’ bocah sekolah dasar. Disuruh itu mau, disuruh ini juga mau. Dengan iming – iming receh, seperti ‘bahagia’. Benar – benar bocah SD yang bermasalah.

Jangan kaget kalau, ‘sakit hati’ jadi hal yang wajar. Yang akan selalu kita terima, jika masih memberi omong kosong kepada diri sendiri. Mengingat kebiasaan manusia yang suka bermimpi.

Biasanya, sehabis bermimpi, pasti berjanji. Kalau tidak ditepati, jadi omong kosong lagi. Begitu terus, sampai sekarat nanti. Makannya, kalau mau berjanji santai aja. Kalau mau bermimpi, ya secukupnya aja.

*

Januari akan berakhir beberapa hari lagi. Buat gua, Januari tidak seharusnya berakhir seperti ini. Masih banyak ruang kosong untuk berimprovisasi. Tapi karena durasinya tinggal sedikit lagi, jadi,ya sudahlah. Januari ya, Januari.

Januari adalah yang pertama dalam urutan dua belas bulan. Bisa dibilang, seperti anak pertama dari dua belas bersaudara. Januari jadi yang paling tua. Jadi yang pertama untuk merasakan segalanya. Jadi yang pertama untuk tau rasanya sakit, juga jadi yang pertama untuk belajar caranya sembuh.

Tapi, meskipun jadi yang pertama dalam segalanya, Januari belum boleh dibilang jadi penentu untuk hidup kedepannya. Bisa saja, untuk sebagian orang, awal yang baik ada di bulan – bulan berikutnya.

Jadi boleh – boleh saja kan, kalau sedikit menghakimi bulan Januari. Sedikit saja, tidak  banyak – banyak ko. Sebentar lagi juga selesai.

.
.
.

Ayo Januari, sedikit lagi. Lain kali jangan seperti ini.

Toss dulu dong biar ga slek !

You Might Also Like

8 Komentar

  1. Bener pake banget

    Soalnya januari saya kacu balau gitu
    Nggak mau ngaku ini awal dari gambaran tahun ini wahahahhahahaha

    XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bwahaha kirain Januari punya saya doang bang :D

      Hapus
  2. Saat aku mengomentari ini.
    ternyata bulan januari sudah habis.
    see you :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hampir habis.. disaat saya nulis komentar ini, besok baru officialy habis. wahaha.

      See you too in february~

      Hapus
  3. Yang terjadi hanyalah janji janji yang tidak tertunaikan...
    Semakin cepat dengan waktu semakain cepat pula kita beranjak pergi dari mukabumi ini...

    entah kenapa gue suka sma design sepeda dengan kotak terputus bertuliskan selesaikan januari itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh iya ya, semakin cepat juga nanti pulang ke alam sananya ya..

      Wah makasih ya wkwk

      Hapus
  4. Yah, udah Februari. Cuma sedikit tulisan yang bisa gue hasilkan di bulan Januari. :(

    Yailah, santai aja kali kalo bahas yang berat-berat. Gue juga pernah lebih berat nulisnya. Bukan beton, tapi emas 20.000 kg. Halah!

    Nulis sesukamu aja. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang sebulannya bisa nulis berapa kali bang yoga ? :D

      Buset ngereview emas 20.000kg ya ? Biar bedaa~ wkwk

      Hapus